Senin, 21 Januari 2013

Nifas


A.  Konsep Masa Nifas
1.    Pengertian
a.    Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan(Wiknjosastro, 2007: 237).
b.    Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2008: 122).
c.    Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 1998: 190).
d.    Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998: 115).
e.    Puerperium ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Sastrawinata, 1983: 315).
2.    Periode Nifas
Menurut Mochtar (1998: 115), nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:
a.    Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.    Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetal yang lamanya 6-8 minggu.
c.    Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
3.    Fisiologi Nifas
Fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas yang memberi ciri masa nifas. Hal ini dianggap merupakan perubahan normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah:
a.    Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat-alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil.
Tabel.Proses Involusi Uteri
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Plasenta lahir
2 jari bawah pusat
750 gram
7 hari (1 minggu)
Pertengahan pusat sympisis
500 gram
14 hari (2 minggu)
Tidak teraba di atas sympisis
350 gram
42 hari (6 minggu)
Bertambah kecil
50 gram
65 hari (8 minggu)
Normal
30 gram
(Mochtar, 1998:115)
Proses involusi uterus menurut Wulandari (2008: 74-75),adalah :
1)      Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan yang telah sempat mengendor hingga sepuluh kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2)      Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami autrofi sebagai reaksi terhadap menghentikan produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan berdegenerasi menjadi endometrium yang baru.
3)      Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1-2 jam post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intramuskular segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan bayi pada payudara.
Proses involusi ini terjadi karena adanya :
1)      Penghancuran cairan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 30x dan 50x lebih tebal pada waktu hamil, akan sulit kembali mencapai keadaan semula.
2)      Aktivasi otot-otot ischemia sama dengan lokal anemia. Kekurangan darah pada uterus, disebabkan akibat pengurangan aliran darah yang pergi ke uterusdidalam masa hamil sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atropi kembali ke ukuran semula (Cristina, 1980 :12).
3)      Involui tempat plasenta
Setelah persalinn tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan,dengan cepat luka akan mengecil pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm pada akhir masa nifas 1-2 cm (Sastrawinta,1983: 316).
4)      Perubahan pada servik dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium uteri eksternum dapat dialuri 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata dan retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dapat dilalui satu jari saja dan lingkaran retraksi berhubunngan dengan bagian atas dari canalis servicalis, vagina yang sangat teregang saat persalinan lambat laun, mencapai ukuran normal. 1’ada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak kemballi.
5)      Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlibatkan oedem dan trigonum menimbulkan obstriksi nretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kecing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pasa dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi (Sastrawinata,1983 : 316-318).
6)      Ligamen
Ligamen fansia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehinggatidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retroflexi. Karena ligamentum rotundun menjadi kendor, untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dengan gymnastic pasca persalinan (Mochtar, 1998:116).
b.    Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dalam masa nifas. Sifat lochea ini sangat alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak, dalam keadaan normal lochea berbau anyir yang berasal dari cavum uteri dan vagina (Cristina, 1990: 19).
Menurut Mochtar (1998:116), lochea dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1)   Lochea rubra
Bersih, darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua vernik caseosa,lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
2)   Lochea sanguinolenta
Beberapa berwarna merah kuning berisi darah dan lendir dari 3-7 pasca persalinan.
3)   Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada ke 7-14 pasca persallinan.
4)   Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu
5)   Lochea purulenta
Terjadi infeksi cairan seperti nanah berbau busuk.
6)   Lochea statis
Lochea tidak lancar keluarnya
c.    Laktasi
Menurut Mochtar (1998: 117), untuk menghadapi laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
1)   Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2)   Keluaranya cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum, berwarna kuning putih susu.
3)   Hypervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4)   Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh aksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
Menurut Ibrahim (1987: 25-26), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI, antara lain:
1)   Faktor anatomis buah dada
Produksi ASI akan menjadi di lobulus yang akan berkumpul menjadi lobus. Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, jumlah lobulus juga akan berkurang sehingga produksi ASI berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.
2)   Faktor fisiologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dikeluarkan oleh sel alfa dari lobus anterior kelenjar hypophyse. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI, apabila ada kalainan, rangsangan pada sel acini berkurang sehingga pembentukan ASI berkurang.
3)   Nutrisi
Apabila dalam makanan ibu terus-menerus kekurangan gizi, persediaan tubuh akan habis sehingga kualitas dan kuantitas ASI menurun.
4)   Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan tubuh, apabila kurang istirahat akan mengalami kelelahan sehingga pembentukan dan pengeuaran ASI berkurang.
5)   Faktor isapan anak
Isapan anak akan merangsang otot putting susu yang akhirnya merangsang otot polos dalam buah dada agar berkontraksi. Kontraksi sangat penting untuk pembentukan dan pengeluaran ASI.
6)   Faktor obat
Obat yang dapat mempengaruhi adalah obat yang mengandung homon. Hormon akan mempengaruhi prolaktin yang sangat penting dalam produksi dan pengeluaran ASI.
7)   Faktor psikologis
Kecemasan, kesedihan, dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi fungsi saraf, pembuluh darah dan sebagainya.
4.    Proses Adaptasi Ibu Dalam Masa Nifas
a.    Periode taking in
Pada hari ke 1-2 postpartum, ibu masih kelelahan pasca melahirkan sehingga biasanya ibu lebih suka tidur dan tidak ingin diganggu. Ibu hanya ingin mengetahui hal tentang bayinya dan bukan hal cara mengasuh anaknya.  Ibu mudah tersinggung dan marah.
b.    Periode taking hold
Pada hari ke 3 sampai minggu ke 4-5.  Ibu mulai ingin mengetahui cara merawat diri dan bayinya, saat yang paling tepat untuk memberi penyuluhan.  Ibu sering menangis untuk hal-hal yang tidak jelas, biasanya ibu merasa lelah dan sakit akibat menyusui.  Pada periode ini ibu membutuhkan dukungan mental yang penuh.
c.    Periode letting go
Pada setelah minggu ke 5 ibu benar-benar telah siap menerima tanggung jawabnya sebagai orang tua.  Ibu ingin sepenuhnya merawat bayinya, ibu tidak ingin lagi peran sakit.
d.    Depresi Post Partum
Banyak ibu mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak. Umumnya depresi ini sedang dan mudah berubah dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu kemudian.
e.    Post Partum blues/ Baby blues
Periode emosional stres yang terjadi antara hari ke tiga sampai hari ke sepuluh setelah persalinan, 80% terjadi pada ibu post partum.
Karakteristik       : iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, dan perasaan sedih dan kesendirian.
5.    Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Tujuan perawatan post partum  adalah menghindari infeksi dan  perdarahan serta menciptakan kenyamanan bagi ibu nifas.
Menurut Hanifa (2005 : 242-243), kebutuhan ibu nifas diantaranya :
a.       Diet / nutrisi
Cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan karena wanita tersebut mengalami hemokonsentasi.
b.      Eliminasi
Miksi harus terjadi setelah 8 jam.  Ibu sering kesulitan miksi karena pengaruh tekanan kepala janin pada muskulus vesika et uretra selama partus. Bila tidak bisa harus dirangsang dengan menyiramkan air di daerah kemaluan ibu dan mencelupkan tangan ibu ke dalam air Bila dengan cara ini tetap tidak terjadi miksi maka harus dilakukan kateterisasi.  Defekasi harus terjadi dalam 3 hari post partum, obstipasi yang menyebabkan penimbunan skibala di rectum dapat menimbulkan febris.  Obstipasi dapat diatasi dengan pemenuhan diit cairan dan makanan berserat serta mobilisasi dini.  Bila tetap tidak bisa, maka harus dilakukan klisma.
c.       Istirahat
Wanita sangat lelah setelah istirahat sehingga harus istirahat  selama 8 jam dengan diselingi miring kanan dan kiri untuk mencegah trombosis, hari kedua bila mungkin sudah dilakukan latihan-latihan senam, hari ketiga dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima dapat dipulangkan.
d.      Hubungan seksual
Ibu dapat memulai hubungan seksual bila darah telah berhenti dan ibu tidak nyeri saat memasukkan 1 jarinya ke dalam vagina, namum beberapa budaya dan agama menganjurkan hingga 6-8 minggu postpartum
e.       Personal hygiene
Ibu harus menjaga kebersihan dirinya, terlebih daerah kemaluan.  Ibu harus membersihkan alat genitalianya dengan sabun dan air bersih untuk menghindari infeksi. Ibu juga harus melakukanperawatan payudara dengan baik dan benar untuk menghindari masalah-masalah yang menyebabkan terhambatnya proses menyusui seperti bendungan ASI, puting lecet, mastitis dll.
f.        Mobilisasi dini
Mobilisasi dini berguna untuk mencegah trombosis, obstipasi dan mempercepat proses involusi uteri.
g.       Senam Nifas
Tujuan : memperbaiki sirkulasi darah, mengembalikan fungsi otot, mengoreksi sikap tubuh, menciptakan posisi yang benar dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
6.    Masalah yang Sering Muncul Pada Masa Nifas
a.    Rasa Nyeri
Gangguan rasa nyeri banyak terjadi walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.diantaranya yaitu           :
1)   After pains atau kram perut
Disebabkan karena adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak dan wanita menyusui.
2)   Pembengkakan Payudara
Tanda atau gejala yaitu merasa payudaranya bengkak payudara mengalami distensi kulit payudara menjadi mengkilat dan merah, hangat jika disentuh vena pada payudara dapat terlihat payudara menjadi nyeri keras dan penuh.
3)   Nyeri perinium
Nyeri pada perineum dapat disebabakan karena episiotomi atau laserasi atau karena jahitan. Sebelum memberkan asuhan sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu normal atau adanya komplikasi seperti hematom atau infeksi.
4)   Konstipasi
Asuhan yang diberikan diantaranya:
a)    Meningkatkan jumlah cairan yang diminum.
b)   Meningkatkan jumlah serat dalam makanan.
c)    Mengkonsumsi buah-buahan.
d)   Istirahat yang cukup
e)    Biasakan BAB tepat waktu
f)     BAB pada saat pertama kali ada dorongan.
g)    Berikan obatlaxative untuk mengeluarkan faces untuk konstipasi yang parah.
5)   Hemorroid
Selama kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan karena mereka cenderung memiliki masalah konstipasi dan juga adanya penekanan uterus terhadap vena didalam anus dan rectum. Pada saat melahirkan hemoroid bisa bertambah parah atau sebagian wanita mendapatkan hemoroid baru karena tekanan kepala janin saat dilahirkan dan upaya meneran ibu. Jika tidak menderita hemorroid sebelum kehamilan maka akan hilang dalam waktu beberapa minggu, tetapi jika sedah menderita sebelum kehamilan maka akan bertambah.
Untuk mengurangi nyeri diantaranya :
a)      Memperbaiki hemorroid yang keluar kedalam rectum
b)      Meletakkan kantong es kedalam anus
c)      Berbaring kesamping
d)      Minum lebih banyak dan diet makanan berserat dan buah
e)      Memberikan obat supositorium.
6)   Deuresis
Selama kehamilan, terjadi penyimpangan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi dan sebagai cadangan jika terjadi kehilangan darah pada saat persalinan.segera setelah melahirkan, tubuh tidak lagi memerlukan cairan tersebut, sehingga tubuh membuang cairan ini melalui kencing dan keringat. Oleh karena itu selama minggu pertama setelah melahirkan dan paling banyak setelah hari ke dua sampai hari kelima ibu akan sering buang air kecil dan berkeringat pada malam hari. Asuhan yang diberikan pada keadaan ini yaitu :
a)      Minumlah banyak cairan sedikitnya satu gelas setiap jam.
b)      Menjaga kebersihan diri misalnya dengan mandi lebih sering dan ganti baju.
b.      Infeksi
Infeksi nifas adalah merupakan penyebab kematian ibu. Hal ini dapat dicegah dengan kebersihan yang ketat. Uterus merupakan tempat yang ideal untuk perkembangan organisme.
Trauma sekecil apapun dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Hal tersebut dapat dicegah dengan :
-      Menjaga kebersihan didaerah vulva,vagina, dan perinium.
-      Pembalut harus diganti dengan teratur dan sering minimal 2 kali sehari.
-      Menghindari gesekan dengan anus dan vulva ketika mengangkat pembalut, karena dapat memindahkan organisme dari anus sehingga mengkontaminasi vulva dan perinium, lepaskan pembalut dari depan ke belakang.
Macam-macam Infeksi pada ibu nifas yaitu        :
1)      Infeksi saluran kencing
a)    Infeksi ini dapat terjadi karena :
-      Kurang menjaga kebersihan vulva dan lebih sering terjadi jika terdapat retensi urine.
-      Kurangnya intake cairan dan latihan. 
b)   Ibu dianjurkan untuk :
-      Menjaga kebersihan vulva.
-      Tidak menahan kencing.
-      Minum lebih banyak.
-      Melakukan latihan.
-      Menghindari Konstipasi.
2)      Infeksi Payudara
Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena manajeman laktasi yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada putting sehingga merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Hal ini dapat dicegah dengan manajeman laktasi yang benar dan menyusui bayinya on demand.
c.       Cemas
Rasa takut dan cemas sering mengganggu ibu dalam perawatan bayinya serta berjalannya periode masa nifas. Penyesuaian diri menjadi orang tua merupakan kriteria terpenting dalam pengalihan dari tanggung jawab individual ke tanggung jawab kedewasaan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode ini, bidan seperti provider harus bertindak bijaksana dapat menunjukkan rasa empati, menghargai dan menghormati setiap ibu sebagaimana adanya.
7.    Tanda-tanda Bahaya Pada Masa Nifas
a.       Lelah dan sulit tidur
Hal ini akan mempengaruhi ibu terhadap terjadinya sindrom baby blues, bila terjadi sindrom baby blues ibu merasa lelah maupun sulit untuk beristirahat sehingga  akan mempengaruhi kualitas pengasuhan bayi maupun perawatan dirinya.
b.      Adanya tanda-tanda infeksi purpuralis, seperti demam.
Ibu dengan suhu badan yang lebih tinggi >38°C mengarah pada infeksi puepuralis.
c.       Nyeri/panas saat BAL, nyeri abdomen
Dicurigai ibu mengalami infeksi saluran kemih bila ibu mengalami masalah pada BAK nya
d.      Sembelit,haemorroid
e.       Sakit kepala terus menerus nyeri ulu hati dan odema
Hal-hal ini mengarah pada preeklamsi/eklamsi post partum terlrbih bila disertai dengan hipertensi dan proteinuria yang positif.
f.        Lochea berbau busuk, sangat banyak dan dibarengi dengan nyeri abdomen.
Dapat dikatakan sebagai tanda bahwa wanita tersebut mengalami subinvolusio atau adanya infeksi pada organ genetalia interna.
g.       Puting susu pecah dan mammae bengkak
Dapat mengarah pada mastitis. Hal ini dapat disebabkan karena salahnya cara menyusui, hygine payudara yang kurang baik.
h.       Sulit Menyusui.
Hal ini dapat menyebabkan bayi kurang asupan nutrisi dan mammae ibu bengkak sehingga dapat menyebabkan mastitis.
i.         Rabun Senja.
Kurang vitamin A pada ibu nifas dapat menyebabkan rabun senja bahkan kebutaan pada ibu nifas.
j.        Odema, sakit, panas ditungkai.
Hal ini mengarah pada thromboplebitis yang disebabkan kurangnya mobilisasi pada ibu nifas.


8.    Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998)
Menurut Mochtar, 1998 menurut terjadinya perdarahan post partum dibagi atas dua bagian :
-      Perdarahan post partum primer yang terjadi 24 jam setelah anak lahir.
-      Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Menurut Wiknjosastro (1960), perdarahan postpartum masih merupakan salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan postpartum, yaitu :
-      Penghentian perdarahan
-      Jaga jangan sampai timbul syok
-      Penggantian darah yang hilang
Frekwensi yang dilaporkan Mochtar, R. Dkk.(1965-1969) di R.S Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%.
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:
-      Atonia uteri                      : 50%-60%
-      Retensio plasenta            : 16%-17%
-      Sisa plasenta                   : 23%-24%
-      Laserasi jalan lahir           : 4%-5%
-      Kelainan darah                : 0,5%-0,8%
Biasanya setelah jalan lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan berkonstruksi (his pengeluaran plasenta) untuk mengeluarkan plasenta.


9.    Program dan Kebijakan Teknis
Dilakukan 4 kali kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas yaitu :
Kunjungan
Waktu
Tujuan




1




6-8 jam setelah persalinan
·      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
·      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan.
·      Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
·      Pemberian ASI awal
·      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
·      Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
·      Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah melahirkan, atau sampai ibu dalam keadaan stabil.





2




6 hari setelah persalinan
·      Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
·      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
·      Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
·      dan istirahat.
·      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
·      Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tetap hangat dan merawat byi sehari-hari.

3
2 minggu setelah persalinan
·      Sama seperti 6 hari setelah persalinan

4
6 minggu setelah persalinan
·      Menanyakan pada ibu tentang penyulit –penyulit yang ia atau bayi alami.
·      Memberikan konseling untuk KB secara dini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar