A.
Konsep Masa Nifas
1.
Pengertian
a.
Masa
puerperium atau masa nifas
dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan(Wiknjosastro, 2007: 237).
b.
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2008: 122).
c.
Kala
puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba,
1998: 190).
d.
Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, 1998: 115).
e.
Puerperium
ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Sastrawinata, 1983: 315).
2. Periode Nifas
Menurut Mochtar (1998: 115), nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:
a. Puerperium
dini
Yaitu kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium
intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetal yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote
puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
3.
Fisiologi Nifas
Fisiologi nifas adalah hal-hal
yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas yang memberi ciri masa
nifas. Hal ini dianggap merupakan perubahan normal dan harus terjadi untuk
memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan keadaan seperti
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah:
a.
Involusi
Involusi adalah
perubahan yang merupakan proses kembalinya alat-alat kandungan dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil.
Tabel.Proses
Involusi Uteri
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Plasenta lahir
|
2 jari bawah pusat
|
750 gram
|
7 hari (1 minggu)
|
Pertengahan pusat sympisis
|
500 gram
|
14 hari (2 minggu)
|
Tidak teraba di atas sympisis
|
350 gram
|
42 hari (6 minggu)
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
65 hari (8 minggu)
|
Normal
|
30 gram
|
(Mochtar, 1998:115)
Proses involusi uterus menurut Wulandari (2008: 74-75),adalah :
1) Autolysis
Autolysis
merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterin.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan yang telah sempat mengendor hingga
sepuluh kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama
kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang
berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami
autrofi sebagai reaksi terhadap menghentikan produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan berdegenerasi menjadi endometrium yang baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas
kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1-2 jam post partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Suntikan oksitosin
biasanya diberikan secara intramuskular segera setelah bayi lahir. Pemberian
ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena
hisapan bayi pada payudara.
Proses involusi ini terjadi karena adanya :
1) Penghancuran
cairan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi dan jaringan otot
yang membesar menjadi lebih panjang 30x dan 50x lebih tebal pada waktu hamil,
akan sulit kembali mencapai keadaan semula.
2) Aktivasi
otot-otot ischemia sama dengan lokal anemia. Kekurangan darah pada uterus,
disebabkan akibat pengurangan aliran darah yang pergi ke uterusdidalam masa
hamil sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atropi kembali ke ukuran
semula (Cristina, 1980 :12).
3) Involui
tempat plasenta
Setelah persalinn tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar,tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan,dengan cepat
luka akan mengecil pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm pada akhir masa
nifas 1-2 cm (Sastrawinta,1983: 316).
4) Perubahan
pada servik dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium uteri eksternum dapat
dialuri 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata dan retak-retak karena robekan
dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dapat dilalui satu jari saja dan
lingkaran retraksi berhubunngan dengan bagian atas dari canalis servicalis,
vagina yang sangat teregang saat persalinan lambat laun, mencapai ukuran
normal. 1’ada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak kemballi.
5) Saluran
kencing
Dinding kandung kencing memperlibatkan oedem dan trigonum
menimbulkan obstriksi nretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing
dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kencing penuh atau sesudah kecing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini
dan trauma pasa dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi (Sastrawinata,1983 : 316-318).
6) Ligamen
Ligamen fansia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehinggatidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retroflexi.
Karena ligamentum rotundun menjadi kendor, untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan dengan gymnastic pasca persalinan (Mochtar, 1998:116).
b.
Lochea
Adalah cairan yang
dikeluarkan dari uterus dalam masa nifas. Sifat lochea ini sangat alkalis
sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak, dalam keadaan normal lochea
berbau anyir yang berasal dari cavum uteri dan vagina (Cristina, 1990: 19).
Menurut Mochtar
(1998:116), lochea dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1) Lochea rubra
Bersih,
darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua vernik caseosa,lanugo dan
meconium selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea
sanguinolenta
Beberapa
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir dari 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea
serosa
Berwarna
kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada ke 7-14 pasca persallinan.
4) Lochea alba
Cairan
putih setelah 2 minggu
5) Lochea
purulenta
Terjadi
infeksi cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochea
statis
Lochea
tidak lancar keluarnya
c.
Laktasi
Menurut Mochtar
(1998: 117), untuk menghadapi
laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
1)
Proliferasi
jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2)
Keluaranya
cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut kolostrum, berwarna kuning putih susu.
3)
Hypervaskularisasi
pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak
jelas.
4)
Setelah
persalinan, pengaruh supresi
estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh aksitosin menyebabkan mioepitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
Menurut Ibrahim
(1987: 25-26), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI,
antara lain:
1)
Faktor
anatomis buah dada
Produksi ASI akan
menjadi di lobulus yang akan berkumpul menjadi lobus. Apabila jumlah lobus
dalam buah dada berkurang, jumlah lobulus juga akan berkurang sehingga produksi
ASI berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh
darah akan berkurang.
2)
Faktor
fisiologis
Terbentuknya ASI
dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dikeluarkan oleh sel alfa dari lobus
anterior kelenjar hypophyse. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk
ASI, apabila ada kalainan, rangsangan pada sel acini berkurang sehingga
pembentukan ASI berkurang.
3)
Nutrisi
Apabila dalam
makanan ibu terus-menerus kekurangan gizi, persediaan tubuh akan habis sehingga
kualitas dan kuantitas ASI menurun.
4)
Faktor
istirahat
Istirahat
diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan tubuh, apabila kurang istirahat akan
mengalami kelelahan sehingga pembentukan dan pengeuaran ASI berkurang.
5)
Faktor
isapan anak
Isapan anak akan
merangsang otot putting susu yang akhirnya merangsang otot polos dalam buah
dada agar berkontraksi. Kontraksi sangat penting untuk pembentukan dan
pengeluaran ASI.
6)
Faktor obat
Obat yang dapat
mempengaruhi adalah obat yang mengandung homon. Hormon akan mempengaruhi
prolaktin yang sangat penting dalam produksi dan pengeluaran ASI.
7)
Faktor
psikologis
Kecemasan,
kesedihan, dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi fungsi saraf,
pembuluh darah dan sebagainya.
4.
Proses
Adaptasi Ibu Dalam Masa Nifas
a. Periode
taking in
Pada hari ke 1-2 postpartum, ibu masih kelelahan pasca melahirkan
sehingga biasanya ibu lebih suka tidur dan tidak ingin diganggu. Ibu hanya
ingin mengetahui hal tentang bayinya dan bukan hal cara mengasuh anaknya. Ibu mudah tersinggung dan marah.
b. Periode
taking hold
Pada hari ke 3 sampai minggu ke 4-5.
Ibu mulai ingin mengetahui cara merawat diri dan bayinya, saat yang
paling tepat untuk memberi penyuluhan.
Ibu sering menangis untuk hal-hal yang tidak jelas, biasanya ibu merasa
lelah dan sakit akibat menyusui. Pada
periode ini ibu membutuhkan dukungan mental yang penuh.
c. Periode
letting go
Pada setelah minggu ke 5 ibu benar-benar telah siap menerima tanggung
jawabnya sebagai orang tua. Ibu ingin
sepenuhnya merawat bayinya, ibu tidak ingin lagi peran sakit.
d. Depresi
Post Partum
Banyak ibu mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan
dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan
mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak. Umumnya depresi ini sedang dan
mudah berubah dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu
kemudian.
e. Post
Partum blues/ Baby
blues
Periode emosional stres yang
terjadi antara hari ke tiga sampai hari ke sepuluh setelah persalinan, 80% terjadi pada ibu post partum.
Karakteristik : iritabilitas meningkat, perubahan mood,
cemas, pusing, dan perasaan sedih dan kesendirian.
5.
Kebutuhan
Dasar Ibu Nifas
Tujuan perawatan post partum
adalah menghindari infeksi dan
perdarahan serta menciptakan kenyamanan bagi ibu nifas.
Menurut Hanifa (2005 : 242-243), kebutuhan ibu nifas diantaranya :
a. Diet
/ nutrisi
Cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan karena
wanita tersebut mengalami hemokonsentasi.
b. Eliminasi
Miksi harus terjadi setelah 8 jam. Ibu sering kesulitan miksi karena pengaruh
tekanan kepala janin pada muskulus vesika et uretra selama partus. Bila tidak
bisa harus dirangsang dengan menyiramkan air di daerah kemaluan ibu dan
mencelupkan tangan ibu ke dalam air Bila dengan cara ini tetap tidak terjadi
miksi maka harus dilakukan kateterisasi.
Defekasi harus terjadi dalam 3 hari post partum, obstipasi yang
menyebabkan penimbunan skibala di rectum dapat menimbulkan febris. Obstipasi dapat diatasi dengan pemenuhan
diit cairan dan makanan berserat serta mobilisasi dini. Bila tetap tidak bisa, maka harus dilakukan
klisma.
c. Istirahat
Wanita sangat lelah setelah istirahat sehingga harus
istirahat selama 8 jam dengan diselingi
miring kanan dan kiri untuk mencegah trombosis, hari kedua bila mungkin sudah
dilakukan latihan-latihan senam, hari ketiga dapat duduk, hari keempat berjalan
dan hari kelima dapat dipulangkan.
d. Hubungan
seksual
Ibu dapat memulai hubungan seksual bila darah telah
berhenti dan ibu tidak nyeri saat memasukkan 1 jarinya ke dalam vagina, namum
beberapa budaya dan agama menganjurkan hingga 6-8 minggu postpartum
e. Personal
hygiene
Ibu
harus menjaga kebersihan dirinya, terlebih daerah kemaluan. Ibu harus membersihkan alat genitalianya
dengan sabun dan air bersih untuk menghindari infeksi. Ibu juga harus
melakukanperawatan payudara dengan baik dan benar untuk menghindari masalah-masalah
yang menyebabkan terhambatnya proses menyusui seperti bendungan ASI, puting
lecet, mastitis dll.
f.
Mobilisasi dini
Mobilisasi
dini berguna untuk mencegah trombosis, obstipasi dan mempercepat proses
involusi uteri.
g. Senam
Nifas
Tujuan
: memperbaiki sirkulasi darah, mengembalikan fungsi otot, mengoreksi sikap tubuh, menciptakan posisi yang benar
dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
6. Masalah yang Sering Muncul Pada Masa Nifas
a. Rasa Nyeri
Gangguan
rasa nyeri banyak terjadi walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.diantaranya
yaitu :
1) After pains atau kram perut
Disebabkan
karena adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada
uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak dan wanita
menyusui.
2)
Pembengkakan
Payudara
Tanda atau
gejala yaitu merasa payudaranya bengkak payudara mengalami distensi kulit
payudara menjadi mengkilat dan merah, hangat jika disentuh vena pada payudara
dapat terlihat payudara menjadi nyeri keras dan penuh.
3)
Nyeri
perinium
Nyeri pada
perineum dapat disebabakan karena episiotomi atau laserasi atau karena jahitan.
Sebelum memberkan asuhan sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu
normal atau adanya komplikasi seperti hematom atau infeksi.
4)
Konstipasi
Asuhan yang
diberikan diantaranya:
a)
Meningkatkan
jumlah cairan yang diminum.
b)
Meningkatkan
jumlah serat dalam makanan.
c)
Mengkonsumsi
buah-buahan.
d)
Istirahat
yang cukup
e)
Biasakan
BAB tepat waktu
f)
BAB
pada saat pertama kali ada dorongan.
g)
Berikan
obatlaxative untuk mengeluarkan faces untuk konstipasi yang parah.
5)
Hemorroid
Selama
kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan karena mereka cenderung memiliki
masalah konstipasi dan juga adanya penekanan uterus terhadap vena didalam anus
dan rectum. Pada saat melahirkan hemoroid bisa
bertambah parah atau sebagian wanita mendapatkan hemoroid baru karena tekanan
kepala janin saat dilahirkan dan upaya meneran ibu. Jika tidak menderita
hemorroid sebelum kehamilan maka akan hilang dalam waktu beberapa minggu,
tetapi jika sedah menderita sebelum kehamilan maka akan bertambah.
Untuk
mengurangi nyeri diantaranya :
a)
Memperbaiki
hemorroid yang keluar kedalam rectum
b)
Meletakkan
kantong es kedalam anus
c)
Berbaring
kesamping
d)
Minum
lebih banyak dan diet makanan berserat dan buah
e)
Memberikan
obat supositorium.
6)
Deuresis
Selama
kehamilan, terjadi penyimpangan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan
pertumbuhan bayi dan sebagai cadangan jika terjadi kehilangan darah pada saat
persalinan.segera setelah melahirkan, tubuh tidak lagi memerlukan cairan
tersebut, sehingga tubuh membuang cairan ini melalui kencing dan keringat. Oleh
karena itu selama minggu pertama setelah melahirkan dan paling banyak setelah
hari ke dua sampai hari kelima ibu akan sering buang air kecil dan berkeringat
pada malam hari. Asuhan yang diberikan pada keadaan
ini yaitu :
a)
Minumlah
banyak cairan sedikitnya satu gelas setiap jam.
b)
Menjaga
kebersihan diri misalnya
dengan mandi lebih sering dan ganti baju.
b.
Infeksi
Infeksi nifas
adalah merupakan penyebab kematian ibu. Hal ini dapat dicegah dengan kebersihan
yang ketat. Uterus merupakan
tempat yang ideal untuk perkembangan organisme.
Trauma sekecil
apapun dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Hal tersebut dapat dicegah
dengan :
- Menjaga kebersihan didaerah vulva,vagina,
dan perinium.
- Pembalut harus diganti dengan teratur dan
sering minimal 2 kali sehari.
- Menghindari gesekan dengan anus dan vulva
ketika mengangkat pembalut, karena dapat memindahkan organisme dari anus
sehingga mengkontaminasi vulva dan perinium, lepaskan pembalut dari depan ke
belakang.
Macam-macam Infeksi pada ibu nifas yaitu :
1)
Infeksi
saluran kencing
a)
Infeksi ini
dapat terjadi karena :
-
Kurang
menjaga kebersihan vulva dan lebih sering terjadi jika terdapat retensi urine.
-
Kurangnya
intake cairan dan latihan.
b)
Ibu
dianjurkan untuk :
-
Menjaga
kebersihan vulva.
-
Tidak
menahan kencing.
-
Minum lebih
banyak.
-
Melakukan
latihan.
-
Menghindari
Konstipasi.
2)
Infeksi
Payudara
Infeksi payudara
seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena manajeman laktasi yang tidak
benar yang dapat menyebabkan trauma pada putting sehingga merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Hal ini dapat dicegah dengan manajeman laktasi
yang benar dan menyusui bayinya on demand.
c.
Cemas
Rasa takut dan
cemas sering mengganggu ibu dalam perawatan bayinya serta berjalannya periode
masa nifas. Penyesuaian diri menjadi orang tua
merupakan kriteria terpenting dalam pengalihan dari tanggung jawab individual
ke tanggung jawab kedewasaan. Oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode ini, bidan seperti provider harus
bertindak bijaksana dapat menunjukkan rasa empati, menghargai dan menghormati
setiap ibu sebagaimana adanya.
7. Tanda-tanda Bahaya Pada Masa Nifas
a. Lelah dan sulit tidur
Hal ini akan
mempengaruhi ibu terhadap terjadinya sindrom baby blues, bila terjadi sindrom
baby blues ibu merasa lelah maupun sulit untuk beristirahat sehingga akan mempengaruhi kualitas pengasuhan bayi
maupun perawatan dirinya.
b.
Adanya
tanda-tanda infeksi purpuralis, seperti
demam.
Ibu dengan
suhu badan yang lebih tinggi >38°C mengarah pada infeksi puepuralis.
c.
Nyeri/panas
saat BAL, nyeri abdomen
Dicurigai
ibu mengalami infeksi saluran kemih bila ibu mengalami masalah pada BAK nya
d.
Sembelit,haemorroid
e.
Sakit kepala
terus menerus nyeri ulu hati dan odema
Hal-hal ini
mengarah pada preeklamsi/eklamsi post partum terlrbih bila disertai dengan
hipertensi dan proteinuria yang positif.
f.
Lochea
berbau busuk, sangat banyak dan dibarengi dengan nyeri abdomen.
Dapat dikatakan
sebagai tanda bahwa wanita tersebut mengalami subinvolusio atau adanya infeksi
pada organ genetalia interna.
g.
Puting
susu pecah dan mammae bengkak
Dapat
mengarah pada mastitis. Hal ini dapat disebabkan karena salahnya cara menyusui,
hygine payudara yang kurang baik.
h.
Sulit
Menyusui.
Hal ini
dapat menyebabkan bayi kurang asupan nutrisi dan mammae ibu bengkak sehingga
dapat menyebabkan mastitis.
i.
Rabun
Senja.
Kurang
vitamin A pada ibu nifas dapat menyebabkan rabun senja bahkan kebutaan pada ibu
nifas.
j.
Odema,
sakit, panas ditungkai.
Hal ini
mengarah pada thromboplebitis
yang disebabkan kurangnya mobilisasi pada ibu nifas.
8. Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar,
1998)
Menurut Mochtar, 1998 menurut
terjadinya perdarahan post partum dibagi atas dua bagian :
- Perdarahan post partum primer yang terjadi
24 jam setelah anak lahir.
- Perdarahan postpartum sekunder yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Menurut Wiknjosastro (1960), perdarahan postpartum masih merupakan
salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada 3 hal
yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
postpartum, yaitu :
- Penghentian perdarahan
- Jaga jangan sampai timbul syok
- Penggantian darah yang hilang
Frekwensi yang dilaporkan
Mochtar, R. Dkk.(1965-1969) di R.S Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh
persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara
berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%.
Berdasarkan
penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:
- Atonia uteri : 50%-60%
- Retensio plasenta : 16%-17%
- Sisa plasenta
: 23%-24%
- Laserasi jalan lahir : 4%-5%
- Kelainan darah : 0,5%-0,8%
Biasanya
setelah jalan lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan plasenta
disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian
bawah rahim, maka uterus akan berkonstruksi (his pengeluaran plasenta) untuk
mengeluarkan plasenta.
9. Program dan Kebijakan Teknis
Dilakukan 4 kali kunjungan,
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan
masa nifas yaitu :
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah
persalinan
|
·
Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan.
· Memberikan konseling pada ibu
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
· Pemberian ASI awal
· Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
·
Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
·
Jika
petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah melahirkan, atau sampai ibu dalam
keadaan stabil.
|
2
|
6 hari setelah
persalinan
|
·
Memastikan
involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
·
Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
·
Memastikan
ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
·
dan
istirahat.
·
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
·
Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tetap hangat dan merawat byi
sehari-hari.
|
3
|
2 minggu
setelah persalinan
|
·
Sama
seperti 6 hari setelah persalinan
|
4
|
6 minggu
setelah persalinan
|
·
Menanyakan
pada ibu tentang penyulit –penyulit yang ia atau bayi alami.
·
Memberikan
konseling untuk KB secara dini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar