B.
Konsep Dasar PEB
(Pre Ekampsia Berat)
1. Pengertian
Menurut
Mochtar (1998: 199), Pre eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi, proteinuria, edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai
koma. Ibu tersebut itu tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular
atau hipertensi sebelumnya.
2. Etiologi
Menurut
Hariadi (2004, 495), faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia ialah
primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik,
mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah pre
eklampsia/ eklampsia, riwayat keluarga pernah menderita pre eklampsia/
eklampsia, lebih sering dijumpai pada penderita pre eklampsia.
3. Patofisiologi
Menurut
Mochtar (1998: 199), pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi air garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.
4. Tanda dan Gejala
Bila
salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan pre eklampsia berat:
a. Tekanan darah
160/110 mmHg.
b. Oligouria, urin
kurang dari 400cc/24 jam.
c. Proteinuria
lebih dari 3gr/liter.
d. Keluhan
subjektif:
1) Nyeri
epigastrium
2) Gangguan
penglihatan
3) Nyeri kepala
4) Edema paru dan
sianosis
5) Gangguan
kesadaran
e. Pemeriksaan:
1) Kadar enzim hati
meningkat disertai ikterus..
2) Perdarahan pada
retina
3) Trombosit kurang
dari 100.000/ml
5. Komplikasi
Menurut
Wiknjosastro (2007: 296-297), komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan
janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre
eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi
pada pre eklampsia dan eklampsia.
a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogenemia
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosisi hati
h. Sindroma HELLP
i. Kelainan ginjal
j. Komplikasi lain: lidah
tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia
aspirasi, dan DIC (disseminated
intravasvular coogulation).
6. Pencegahan
Menurut
Mochtar (1998: 202), pencegahan pre eklampsia dapat dilakukan dengan
pemerikasaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat, selalu waspada terhadap
kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor predisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta kerbohidrat dan tinggi
protein, menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
7. Penatalaksanaan
Menurut
Saifuddin, (2006, M-37 s/d M-39), penanganan pre eklampsia
berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12
jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus pre eklampsia berat
harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena
gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan
sering tidak sahih.
a. Penanganan
kejang
1) Beri obat
antikonvulsan
2) Perlengkapan
untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan masker dan balon, oksigen).
3) Beri oksigen 4-6
liter per menit.
4) Lindungi pasien
dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat dengan keras.
5) Baringkan pasien
pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
6) Setelah kejang,
aspirasi mulut dan tenggorokan bila perlu.
b. Penanganan umum
1) Jika tekanan
diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai
tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
2) Pasang infus
dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar).
3) Ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.
4) Kateterisasi
urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
5) Jika jumlah urin
kurang dari 30 ml per jam.
6) Jangan
tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7) Observasi
tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
8) Auskultasi paru
untuk mencari tanda-tanda edema paru.
9) Hentikan
pemberian cairan I.V. dan berikan dieuretik misalnya furosemid 49 mg I.V.
sekali saja jika ada edema paru.
10) Nilai pembekuan
darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside
clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.
C.
Konsep Dasar
APB/ Ante Partum Bleding (Plasenta Previa)
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan
sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap berbahaya dan
mengancam jiwa ibu (Mochtar, 1998: 269).
Menurut
Mochtar (1998: 269), perdarahan antepartum dapat berasal dari:
-
Kelainan
plasenta
Plasenta
previa, solusio plasenta (abruptio plasenta), atau perdarahan antepartum yang
belum jelas sumbernya (seperti insersio velamentosa, ruptura sinus marginalis,
plasenta sirkumvalata).
-
Bukan
dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan
serviks dan vagina (erosi, polip, varises yang pecah) dan trauma.
Plasenta Previa
1. Pengertian
Menurut
Mochtar (1998: 269), plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).
2. Klasifikasi
Menurut
Manuaba (1998: 253), secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk
klinis:
a. Plasenta previa
totalis
- Menutupi seluruh
osteum uteri internum pada pembukaan 4.
- Plasenta previa
sentralis bila pusat plasenta bersamaan dengan sentral kanalis servikalis.
b. Plasenta previa
partialis
Menutupi
sebagian osteum uteri internum.
c. Plasenta previa
marginalis
Apabila
tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum.
3. Patofisiologi
Menurut
Manuaba (1998: 253-254), plasenta previa adalah implantasi plasenta di segmen
bawah rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses
persalinan dengan terjadinya perdarahan. Implantasi plasenta di segmen bawah
rahim dapat disebabkan;
- Endometrium si
fundus uteri belum siap menerima implantasi.
- Endometrium yang
tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi
janin.
- Vili korealis
pada korion leave yang persisten.
Menurut
Manuaba (1998: 254), faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa:
a. Umur penderita
- Umur muda karena
endometrium masih belum sempurna.
- Umur di atas 35 tahun
karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
b. Paritas
Pada
paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium
belum sempat sembuh.
c. Endometrium yang
cacat
- Bekas persalinan
berulang dengan jarak pendek.
- Bekas operasi, bekas
kuretage atau plasenta manual.
- Perubahan endometrium
pada mioma uteri atau polip.
- Pada keadaan malnutrisi.
4. Gambaran Klinik
Menurut
Manuaba (1998: 254), perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit
pada saat tidur atau sedang melakukan aktifitas. Mekanisme perdarahan karena
pembukaan segmen bawah rahim menjelang kehamilan aterm sehingga plasenta lepas
dari implantasi dan menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan dapat sedikit
atau banyak dan menimbulkan penyulit pada janin maupun ibu. Penyulit pada ibu
dapat menimbulkan anemia sampai syok. Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim. Implantasi plasenta di segmen bawah
rahim menyebabkan bagian terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau
menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim.
5. Diagnosis
Plasenta Previa
Menurut
Manuaba (1998: 254), diagnosa plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada
gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
plasenta previa
- Terjadi perdarahan pada
kehamilan sekitar 28 minggu.
- Sifat perdarahan:
·
Tanpa
rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
·
Tanpa
sebab yang jelas
·
Dapat
berulang
- Perdarahan menimbulkan
penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
b. Pada inspeksi
dijumpai
- Perdarahan pervaginam
encer sampai bergumpal.
- Pada perdarahan yang
banyak ibu tampak anemis.
c. Pemeriksaan
fisik ibu
- Dijumpai keadaan
bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
- Kesadaran penderita
bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
- Pada pemeriksaan dapat
dijumpai:
·
Tekanan
darah, nadi, dan pernafasan dalam batas normal.
·
Tekanan
darah turun, nadi, dan pernafasan meningkat.
·
Daerah
ujung menjadi dingin.
·
Tampak
anemis.
d. Pemeriksaan
khusus kebidanan
- Pemeriksaan palpasi
abdomen
·
Janin
belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
·
Karena
plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
- Pemeriksaan denyut
jantung janin
·
Bervariasi
dari normal sampai asfiksia dan kematian janin dalam rahim.
- Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan
dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan.
Tujuan pemeriksaan dalam untuk:
·
Menegakkan
diagnosa pasti.
·
Mempersiapkan
tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban.
- Pemeriksaan penunjang
·
Pemeriksaan
ultrasonografi.
·
Mengurangi
pemeriksaan dalam.
·
Menegakkan
diagnosa.
6. Pengaruh
Plasenta Previa
Menurut
Mochtar (1998: 274-275), ada beberapa pengaruh plasenta previa:
a. Terhadap
kehamilan
Karena
dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam
pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin: letak
kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang. Sering terjadi partus
prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu
jika banyak plasenta yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his;
juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena
pemeriksaan dalam.
b. Terhadap partus
Letak
janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik, bila pada
plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps
funikuli, sering dijumpai inersia primer, dan perdarahan.
7. Komplikasi
Menurut
Mochtar (1998: 275), beberapa komplikasi yang bisa terjadi karena plasenta
previa antara lain; prolaps tali pusat, prolaps plasenta, plasenta melekat,
sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan,
robekan-robekan jalan lahir karena tindakan, perdarahan postpartum, infeksi
karena perdarahan yang banyak, dan bayi prematur atau lahir mati.
8. Penatalaksanaan
Menurut
Manuaba (1998: 255-256), plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan
darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada
plasenta previa adalah:
a. Segera melakukan
operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi
kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan
ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pertolongan lebih lanjut.
c. Bidan yang
menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan
ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam
melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
a. Pemasangan infus
untuk mengimbangi perdarahan.
b. Sedapat mungkin
diantar oleh petugas.
c. Dilengkapi
dengan keterangan secukupnya.
d. Dipersiapkan
donor darah untuk transfusi darah.
Pertolongan
persalinan seksio sesaria merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:
a. Cunam Willet
Gausz.
·
Menjepit
kulit kepala bayi pada plasenta previa yang ketubannya telah dipecahkan.
·
Memberikan
pemberat sehingga pembukaan dipercepat.
·
Diharapkan
persalinan spontan.
·
Sebagian
besar dilakukan pada janin yang telah meninggal.
b. Versi Braxton
Hicks.
·
Dilakukan
versi ke letak sungsang.
·
Satu
kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat untuk mempercepat
pembukaan dan menghentikan perdarahan.
·
Diharapkan
persalinan spontan.
·
Janin
sebagian besar akan meninggal.
c. Pemasangan
kantong karet Metreurynter.
Kantong
karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepar pembukaan sehingga
persalinan dapat segera berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan,
narkosa, pemberian transfusi, dan cairan maka tatalaksana pertolongan
perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk:
·
Memecahkan
ketuban
·
Melakukan
seksio sesarea
·
Untuk
bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat.
D.
Konsep Dasar
Teori Askeb
1. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1) Biodata
Nama : agar dapat mengenal/memanggil dan tidak keliru
dengan penderita-penderita lainnya ( Ibrahim, 1993:84-85 ).
Umur : dalam kurun waktu r reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun
(Winkjosastro, 1999:23 ).
Primigravida
tua adalah wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya sudah mencapai 35
tahun atau lebih. Primigravida muda adalah seorang primigravida yang belum
mencapai umur 16 tahun (Sastrawinata, 1983:154).
Agama : dengan diketahuinya agama pasien atau klien,
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuahan
kebidanan. (Depkes RI, 1995:14).
Kebangsaan : untuk mengadakan
statistik tentang kehamilan, menentukan prognosa kehamilan dengan melihat
keadaan panggul wanita Asia dan Afrika biasanya mempunyai panggul bundar dan
normal bagi persalinan dan biasanya wanita dari barat panggulnya ukuran melintang
lebih panjang tetapi ukuran muka belakang kecil (Ibrahim, 1993:85).
Pendidikan : ditanyakan untuk
mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang (Depkes RI, 1995 : 14).
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan
sosial ekonominya agar nasehat kita sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaannya
mengganggu atau tidak, misal : bekerja di pabrik rokok, mungkin zat yang
terhisap akan berpengaruh pada janin (Ibrahim, 1971:85).
Penghasilan : Penghasilan yang
terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan (Manuaba, 1998: 27).
Alamat Rumah : Untuk mengetahui ibu
tinggal di mana, menjaga kemungkinan bila ibu yang namanya sama, agar
dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong, serta untuk mengadakan kunjungan
kepada penderita (Ibrahim, 1993: 84).
2) Keluhan Utama
Keluhan
utama adalah hal yang berkaitan dengan kehamilan yang dirasakan dan dikemukakan
oleh ibu kepada pemeriksa (Depkes RI, 1994 :3).
3) Riwayat
Kebidanan
a) Haid
Yang
dikaji adalah menarche, lama haid, siklus, banyaknya, keluhan yang dirasakan
selama haid.
Menurut
Mochtar (1998 :48 ), untuk mengetahui perkiraan persalinan digunakan hukum
naegle yaitu tanggal ditambah 7, bulan di tambah 9 atau bulan dikurangi 3 dan
tahun ditambah 1.
Misalnya
HPHT : 28-12-2008 atau 28-12-2008
+7 -3 +7 +9
35/9/2009 35/21/2009
-31(dlm
hari) 21-12 = 9
1
bln + 9 bln 35/9/2009
HPL :
4/10/2009 35-31
= 4
HPL : 4/10/2009
Menarche
pada waktu pubertas 10-16 tahun, haid teratur, siklus 20-30 hari, jumlah darah
50-70 cc, sifat darah tidak membeku (Prawirohardjo, 1999: 103-104).
Perlu
diketahui HPHT untuk membantu menentukan usia kehamilan dan tafsiran persalinan
(Wiknjosastro, 1999: 125).
b) Riwayat
Kehamilan
(1) Riwayat
Kehamilan Sekarang
Ibu
hamil mulai periksa saat ia terlambat haid, pada trimester I biasanya mengalami
mual muntah tetapi menghilang setelah
trimester II. Setiap wanita hamil mengalami resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya, oleh karena itu diharapkan minimal 4kali kunjungan
antenatal, yaitu 1kali pada trimester I, 1kali pada trimester II, dan 2kali
pada trimester III, merasakan
pergerakan anak biasanya pada usia 5 bulan, imunisasi TT 2 kali yang TT
ke2 dilakukan selang 1 bulan setelah TT 1, serta mendapatkan tablet Fe minimal
90 buah, kapsul yodium 1kali dan melaksanakan perawatan payudara (Manuaba,
1998: 129-131).
ANC
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu trimester I 1 kali, trimester II 1kali,
trimester III 2kali (Depkes RI, 1996: 5)
(2) Riwayat
Kehamilan Yang Lalu
Kehamilan
terdahulu merupakan informasi yang penting karena kondisi yang tedahulu dapat
terulang lagi. Misal perdarahan, hipertensi, partus, preterm (Depkes RI, 1993:
30).
Apabila
sejak hamil sampai melahirkan ibu mengalami penyakit seperti adanya jantungan,
paru-paru, hipertensi, ginjal dan lain-lain, maka dalam kehamilan ini bidan
harus melakukan konsultasi dengan dokter atau rujukan. Dan yang jelas dapat
mempengaruhi proses persalinan. Selain itu perlu diketahui usia kehamilan
terdahulu seperti melahirkan (Manuaba, 1998: 287-292).
c) Persalinan Yang
Lalu
(1) Kala I lama
untuk primi 12 jam, his adekuat, fundus dominan, tiap 5-10 menit sekali
(minimum) lama 45-50 detik, ketuban pecah spontan, lama, multi 6-8 jam.
(2) Kala II lama
untuk primi 1-1,5 jam, persalinan spontan, bayi lahir hidup tidak cacat, untuk
multi 1/2-1 jam.
(3) Kala III untuk
primi 10 menit, plasenta lahir spontan lengkap, untuk multi 10 menit.
(4) Kala IV 2 jam
post partum perdarahan tidak boleh lebih dari 500cc (Manuaba, 1998:168).
d) Riwayat Nifas
Pengeluaran
lochea rubra sampai hari ke 3 yang berwarna merah, lochea serosa, hari ke-4
sampai 9 berwarna lebih pucat dan kecoklatan, serta lochea alaba hari ke 10-15
berwarna putih kekuningan. Ibu dengan riwayat pengeluaran lochea purulentha,
lochea tertahan ( lochea staatika ),
Infeksi intra uterine, rasa nyeri berlebihan, memerlukan pengawasan khusus. Dan
ibu meneteki kurang dari 2 tahun,
adanya bendungan ASI sampai terjadinya abses pada payudara juga harus dilakukan
observasi yang ketat (Manuaba, 1998:193).
e) Riwayat KB
Jenis atau
metode yang pernah dipakai serta keluhan-keluhan yang dialami saat memakai
metode tersebut. Ditanya pula rencana KB setelah melahirkan. KB yang dapat
digunakan ibu postpartum dan puerpurium adalah suntik, Norplant (susuk KB) atau
implant, pil KB hanya progesterone, AKDR, kontap, kalender, senggama terputus,
suhu basal ( Manuaba, 1998:439).
4) Riwayat
Kesehatan
a) Riwayat
Kesehatan yang Lalu
Anemia
berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus dan
pada kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post partum
dan infeksi (Winkjosastro, 2006: 435).
b) Riwayat
Kesehatan Keluarga
Bila
ada keluarga yang mempunyai penyakit menurun, menahun, dan menular, maka bayi/
ibu bersalin/ ibu hamil memiliki resiko untuk tertular atau memiliki penyakit
tersebut. Jika ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan ( DM, hipertensi,
asma ) maka klien tersebut dan ibu sendiri mempunyai faktor risiko akibat
proses persalinan (Wiknjosastro, 2006 :103-104).
5) Keadaan
Psikososial
Ditanyakan
apakah kehamilan ini direncanakan, diharapkan atau tidak, bagaimana hubungan
ibu dengan suami, keluarga dan tetangga.
6) Keadaan Sosial
Budaya
Ditanyakan
apakah masih ada tradisi sepasaran, selapanan, telon-telon, dan lain-lain.
Dalam keluarga masih ada kebiasaan yang menghambat atau tidak, pantang makan
tertentu atau tidak, minum jamu atau tidak, yang dapat merugikan janin dan
ibunya.
7) Pola Kebiasaan
Sehari-hari
a) Nutrisi
Selama hamil kebutuhan nutrisi harus diperhatikan kuantitas maupun kualitasnya, trimester III karbohidrat
dikurangi dan memperbanyak sayuran dan buah segar,
kenaikan selama
hamil 6,5-16,5 kg. Kebutuhan air banyak 2-2,5 liter per
hari selama hamil.
b) Eliminasi
BAB : pada trimester III sering mengalami obstipasi,
perlu diit serat,
tinggi minum 7-8 gelas/hari
BAK : trimester III sering kencing (Sastrawinata, 1998 :204).
c) Istirahat
Untuk mengetahui kondisi ibu, apakah terdapat kelemahan
dan mengetahui kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan kepentingan perkembangan dan pertumbuhan
janin, tdur malam sering terganggu karena sering kencing (Haminton.
1995 :84).
d) Pola Aktifitas
Aktivitas yang melelahkan tidak diperbolehkan pada ibu hamil. Aktvitas yang dianjurkan adalah berjalan-jalan pagi hari,
duduk yang lama menimbulkan statistis vena yang menyebabkan trombofeblitis dan
kaki bengkak
(Mochtar, 1998 : 59).
e) Personal hygiene
Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit
karena
fungsi eskresi dan keringat bertambah, juga diperhatikan
buah dada yaitu dengan perawatan buah dada, gigi, dan mulut. Serta genetalia juga dibersihkan secara teratur dari depan kebelakang, karena pada trimester III terjadi peningkatan produksi pengeluaran lendir serviks dan vagina.
f) Ketergantungan
Merokok, minum alkohol dak kecanduan narkotik dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin serta menimbulkan kelahiran
dengan BB rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan
pertumbuhan mental (Manuaba, 1998:140).
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: baik cukup lemah
Bentuk tubuh : adakah kifosis (punggung membungkuk), adakah skoliosis (punggung miring sebelah sisi), adakah lordosis
(punggung mendekik ke depan).
TTV :
Suhu : 36-37 °C Tensi :
120-140/70 mmHg
Nadi : 76-100x/mnt Rr : 18 –
24x/mnt
Antropometri :
BB dan tinggi badan
BB : kenaikan berat badan rata-rata 1,5-2 kg
perbulan pada trimester III pertambahan berat badan normal 9-13,5kg.
TB : ibu hamil yang tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan terdapat kesempitan panggul
LILA : ukuran normal >23,5 cm.
2) Pemeriksaan
Fisik
Kepala : rambut hitam, lurus, mudah rontok/tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala.
Muka : pucat/ tidak, terdapat cloasma gravidarum/
tidak, muka sembab/ tidak.
Mata : kantung mata sembab/ tidak, konjungtiva
palpebra warna merah muda/ putih, sklera ikterus/ putih.
Hidung : simetris/ tidak, adakah pengeluaran secret/
tidak, bersih/ tidak, ada polip/ tidak.
Mulut : bibir pucat/merah, stomatitis/ tidak, caries
gigi/ tidak, ada epulis/ tidak, nafas berbau/ tidak.
Telinga : apakah ada pengeluaran cairan, apakah
simetris, keluhan pendengaran.
Leher : Adakah peninggian vena jugularis, pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
Dada
Paru-paru : Auskultasi respirasi normal/ abnormal, wheezing/ tidak, ronchi/
tidak.
Jantung :
Irama normal tidak terdengar dysaritmia pada kehamilan terjadi peningkatan
denyut jantung ibu, untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim sehingga selama hamil akan terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000
denyutan.
Jantung yang normal peningkatan tersebut dapat diimbangi
sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998:272).
Payudara:
Papilla bersih/
tidak, menonjol/ tidak, adakah benjolan, adakah
hiperpigmentasi/
tidak pada areola, sudahkah keluar
kolostrum/
belum, kehamilan 8 bulan keatas
warnanya kuning seperti kuning susu jolong, payudara tegang dan membesar (Pusdiknas,
2000: 70).
Abdomen
Inspeksi :
Membesar sesuai
umur kehamilan/ tidak, tampak gerakan janin/ tidak, linea alba/ nigra,
hiperpigmentasi/ tidak, bentuk pembesaran (melintang dan memanjang).
Primigravida perut tegang dan menonjol ada striae livida. Multigravida perut
lembek, menggantung, dan striae albican, adakah bekas luka operasi, apabila ada
bekas luka operasi apa, kapan, dan disebabkan oleh apa.
Palpasi :
Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri sehingga usia
kehamilan dapat diketahui. Tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita
ukur, menentukan pula bagian janin pada fundus uteri.
Leopold II : menentukan dimana letak punggung janin dan
dimana letaknya bagian-begian kecil janin.
Leopold III : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah
dan apakah masih bisa digerakkan.
Leopold IV : menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Auskultasi : DJJ sudah terdengar apa belum, berapa hasilnya
(normalnya 120-160 x/menit), (Sulaiman, 1997 : 136).
Vagina/vulva :
Apakah
ada tanda cadwick, adakah varices, adakah condiloma accuminata, yang disebabkan
oleh gonorrhea, bentuknya seperti jengger ayam (condilomata malata) yang
disebabkan oleh syphilis, bentuknya datar , keras.
Ekstremitas :
Kaki/ tangan
kanan dan kiri sama panjang/ tidak, bersih/ tidak, jari-jari lengkap/ tidak,
terdapat oedema yang disebabkan oleh vena femoralis, karena uterus membesar
sehingga mempengaruhi masuknya cairan dalam pembuluh vena. Inilah yang
menyebabkan oedema, adanya varices/tidak yang disebabkan karena penekanan vena femoralis
oleh uterus sehingga menyebabkan bendungan darah dan terjadi pelebaran pembuluh
darah(varices) (Pusdiknas, 2000 :72).
Perkusi : reflek
patella: (+)/(+) atau (-)/(-)
3) Pemeriksaan
Panggul Luar
a)
Distansia
spinarum: Jarak antara kedua spina iliaca anterior superior sinistra dan
dekstra. Normal 24-26 cm.
b)
Distansia
cristarum: jarak terpanjang antara crista iliaca sinistra dan dextra. Normal
28-30 cm.
c)
Konjungata
eksterna(boudeloque): jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus
lumbal kelima. Normal 18-20 cm.
d)
Lingkar
panggul : jarak antara tepi atas simpisis ke pertengahan antara spina iliaka
anterior superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui
tempat-tempat yang sama dipihak yang lain. Normal 80-90 cm (Wiknjosastro, 1999:111-112).
4) Pemeriksaan
Laboratorium
Ada penurunan
kadar Hb atau tidak, untuk menentukan anemia atau tidak. HB normal 11-13%.
5) Pemeriksaan
Penunjang
Menurut
Wiknjosastro (1999 : 132 ), pemeriksaan penunjang pada ibu hamil diantaranya
adalah:
Protein urine : untuk mendeteksi pre
eklamsia, hasilnya:
Negatif : jika tetap jernih
Positif (+) : jika terlihat kekeruhan yang minimal 0,01-0,05
gr% (huruf cetak kertas masih bisa dibaca menembus kekeruhan ini)
Positif (++) : jika kekeruhan nyata, butir-butir halus
0,05-0,2 gr%
Positif (+++) : jika terlihat gumpalan-gumpalan nyata 0,2-0,5
gr%
Positif (++++) : jika terlihat gumpalan-gumpalan besar atau
membeku lebih dari 0,5 gr%
Reduksi urine : untuk mendeteksi Diabetes
Melitus, hasilnya:
Negatif : tetap biru atau hijau bersih.
Positif (+) : keruh warna hijau agak kuning.
Positif (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning.
Positif (+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah.
Positif (++++) : merah jingga sampai merah bata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar